Rekayasa Impian

by Bayu Adi Persada

Sebenarnya, saya tidak terlalu ingin menuliskan ini, tentang bagaimana jalan hidup saya akan berubah menjadi lebih berat, bertingkat-tingkat lebih sulit dari yang biasa. Sebenarnya, saya ingin menanggapi hal ini dengan biasa saja. Yah, saya bukan orang yang sentimental sepertinya. Namun, seiring waktu menarik saya, saya menemui orang-orang yang sejalan dan mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan impikan.

Semakin hari semakin yakin bahwa ini-lah jalan yang diberikan Allah pada saya. Jalan terbaik-Nya untuk memberikan saya pelajaran berharga dalam hidup ini.

Saya terpilih menjadi salah satu dari 54 orang pengajar muda, sebuah program hebat ‘Indonesia Mengajar’ yang dipimpin oleh seorang hebat pula, Bapak Anies Baswedan. Sejak mengetahui program ini diluncurkan, tak butuh waktu lama bagi saya untuk mendaftar. Maklum, i’m a traveling addict and adventure lover. My brother taught me that, big credit for him.

Pendek cerita, saya merasa sangat beruntung sekali dapat diterima. Dari 1383 pendaftar yang masuk, hanya 54 orang yang berhasil! Wah! Saya cukup lega bukan hanya karena diterima, namun lebih kepada jumlah mahasiswa yang ingin mengabdi untuk negara-nya. Dari awal, program ini akan mengirim mahasiswa-mahasiswa terpilih ke pelosok desa di seluruh Indonesia untuk mengajar! Tantangan tersebut dijawab dengan antusiasme yang luar biasa.

Tiket sudah di tangan, tinggal bagaimana saya menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Jujur saja, ikut serta dalam program ini adalah keputusan terbesar yang pernah saya buat. Bagaimana tidak? Mungkin sekali sinyal di sana jarang, boro-boro internet, mau telepon atau SMS saja akan sulit sekali. Tak ada lagi keluarga yang menemani, teman-teman yang mengajak futsal, dan teman dekat untuk bertemu sapa. Sudahlah. Kalau dipikirkan terus, nanti yang ada hanya sedih.

Saya amat tahu konsekuensi-nya tapi saya juga tahu apa yang saya tuju nanti. Mengabdi untuk bangsa adalah sebuah cita-cita tapi tak pernah menyangka akan mengaplikasikan sedini ini.

Setelah layar dibentangkan, pantang mendekat kembali ke labuhan!

Sudah banyak rencana yang akan dibawa ke sana. Interaksi dengan alam, manusia, budaya, dan keseharian mereka akan saya nantikan. Entah pengalaman brilian apa yang menunggu saya di depan. Insya Allah, hati, pikiran, dan jiwa sudah siap.

Misi perjalanan hidup saya dalam setahun ke-depan adalah rekayasa impian. Impian siapa? Saya? Bukan! Impian anak-anak itu! Impian mereka akan masa depan, keluarga, masyarakat, dan bangsa-nya. Keterbatasan hanya akan jadi pagar pendek dengan semangat juang yang tinggi.

Mungkin sekolah mereka nyaris rubuh, lantai-nya mungkin masih tanah, seragam mereka mungkin hanya satu-satu-nya, namun tak ada yang tahu jika justru dari sekolah itu-lah akan lahir seorang pemimpin bangsa di masa depan.

Pada akhirnya, mencerdaskan bangsa itu tugas siapa?

Saya, Anda, dan orang-orang yang peduli.